English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

27 Sept 2016

KONSERVASI TERUMBU KARANG

KONSERVASI TERUMBU KARANG
Tristano Edwan Cancer Ananta, 1606837713

Subtema          : Pengelolaan Terumbu Karang
Data Publikasi :
Buku 1
1. Judul Buku                          : TERUMBU KARANG JAKARTA: Pengamatan Jangka Panjang Terumbu Karang Kepulauan Seribu (2003-2007)
2. Nama Pengarang                 : Estradivari , Edy Setyawan, Safran Yusri
3. Kota dan Nama Penerbit    : Jakarta, Yayasan Terumbu Karang Indonesia
4. Tebal Buku                          : 102 halaman


Buku 2
1. Judul Buku                          : Pengelolaan Terumbu Karang Yang Telah Memutih Dan Rusak Kritis
2. Nama Pengarang                 : Susie Westmacott, Kristian Teleki, Sue Wells dan Jordan West
3. Kota dan Nama Penerbit    : Jakarta, Yayasan Terumbu Karang Indonesia
4. Tebal Buku                          : 36 halaman

Esai                 :



Pendahuluan
Terumbu Karang merupakan rumah bagi ribuan jenis hewan dan tumbuhan laut. Terumbu karang merupakan salah satu ekosistem yang penting dan paling kaya di Bumi. Kelestarian ekosistem ini akan menyediakan banyak hasil tangkapan ikan, kerang dan rumput laut yang melimpah. Selain sebagai rumah ribuan jenis hewan dan tumbuhan laut, terumbu karang juga dapat membantu mencegah erosi pasir dan juga menjadi sumber pangan dan mata pencarian bagi penduduk. Terumbu Karang merupakan salah satu tempat wisata yang menarik perhatian turis – turis. Tentunya dengan banyak turis yang datang ke suatu Negara maka dapat membantu meningkatkan perekonomian Negara tersebut.
Terumbu karang di Indonesia adalah karang tepi, karang penghalang dan karang cincin. Karang tepi dapat dijumpai di tepi pantai dan paling sering di jumpai. Untuk karang penghalang tumbuh sejajar dengan garis pantai. Karang cincin merupakan karang yang menyerupai cincin.
Namun belakangan ini Terumbu Karang banyak dirusak oleh oknum – oknum yang tidak bertanggung jawab. Kerusakan ini diakibatkan dengan adanya sedimentasi yang dihasilkan dari perubahaan tata guna lahan dan pengelolaan daerah aliran sungai yang lemah. Bukan hanya sedimentasi saja, namun banyak oknum – oknum yang menangkap ikan dengan cara yang salah dan cenderung merusak terumbu karang. Selain itu dengan adanya polusi seperti pembuangan limbah – limbah pabrik maupun sampah yang mengakibatkan banyak terumbu karang yang rusak. Kemudian salah satu yang turut merusak terumbu karang adalah adanya globalisasi yang terjadi di Bumi. Tentunya dengan adanya globalisasi ini banyak terumbu karang yang rusak. Dengan adanya globalisasi menyebabkan pemutihan karang secara massal dan pengasaman air laut. Kemudian dengan adanya penambangan karang juga turut merusak terumbu karang.
Pada saat ini, kondisi karang yaitu 4% dalam kondisi kritis, 46% mengalami kerusakan, 33% kondisi karang masih bagus dan sisanya 7% kondisi karang yang sangat bagus. Dengan adanya aktivitas manusia di daerah terumbu karang menyebabkan semakin banyaknya tekanan dan turunnnya kualitas terumbu karang. Beberapa taman laut yang memiliki terumbu karang yang masih baik adalah di Raja Ampat (Papua), Bunaken (Manado), Wakatobi, Pulau Komodo, Kepulauan Derawan. Untuk terumbu karang yang sudah mulai mengalami kerusakan terdapat di Makassar, selain Makassar, Terumbu Karang di Sumatera Barat turut terancam punah karena efek gangguan iklim, masyarakat yang masih membuang sampah sembarangan, bahkan nelayan yang menangkap ikan menggunakan bahan peledak maupun pukat harimau. Karna ketidaksadaran inilah yang menyebabkan banyak terumbu karang yang akhirnya mengalami kerusakan.
Untuk menanggulangi kerusakan terumbu karang maka Pemerintah melakukan konservasi terumbu karang. Konservasi terumbu karang ini meliputi penetapan kawasan suaka alam (Cagar Alam Laut dan Suaka Margasatwa Laut) dan juga kawasan pelestarian alam (Taman Nasional Laut dan Taman Wisata Alam Laut). Bukan hanya itu saja namun dapat memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk turut menjaga terumbu karang, kemudian memberdayakan masyarakat sekitar pesisir untuk turut menjaga dan mengelola terumbu karang. Seperti di Wakatobi, masyarakat desa turut menjaga terumbu karang.
Selain itu, dapat menggunakan metode Terumbu Karang buatan dimana metode ini dapat berfungsi sebagai ikan mencari makan dan tempat berkembang biak biota laut. Kemudian dapat menggunakan metode menanam terumbu karang seperti yang dilaksanakan oleh World Wildlife Fund (WWF) Indonesia, HiLo, dan Komunitas Sea Soldier dimana metode ini dilaksanakan di daerah perairan Pulau Badul, Ujung Kulon. Ada metode selanjutnya dimana menggunakan cara pencakokan, cara ini digunakan dengan cara memotong karang hidup, lalu ditanam di tempat lain yang mengalami kerusakan, metode ini diharapkan dapat mempercepat regenerasi terumbu karang yang rusak dan dapat digunakan untuk membangun daerah terumbu karang yang baru.
Dengan banyaknya metode yang dapat digunakan untuk membantu konservasi terumbu karang tentunya diharapkan dapat membantu penanggulangan terumbu karang yang rusak sehingga kedepannya terumbu karang dapat terus berkembang menjadi dan tidak punah.

Faktor Parameter Lingkungan  yang Mempengaruhi Keberadaan Terumbu Karang
            Sebagai sebuah ekosistem, meskipun hewan karang (corals) ditemukan diseluruh perairan dunia, tetapi hanya di daerah tropis terumbu karang dapat berkembang dengan baik. Menurut Burke et.al., (2002) bahwa karang ditemukan mulai dari perairan es di Artik dan Antartika, hingga ke perairan tropis yang jernih. Namun, terumbu karang dengan dinding megahnya dan rangka baru kapur yang sangat besar, hanya ditemukan disebagian kecil perairan sekitar khatulistiwa. Dalam jalur tropis, faktor biologi, kimiawi, dan iklim dapat mendukung tercapainya keseimbangan yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup karang pembentuk terumbu. 
Pertumbuhan karang dan penyebarannya tergantung pada kondisi lingkungannya, yang pada kenyataannya tidak selalu tetap karena adanya gangguan yang berasal dari alam atau aktivitas menusia. Menurut Dahuri (1996) bahwa terumbu karang terdapat pada lingkungan perairan yang agak dangkal. Untuk mencapai pertumbuhan yang maksimum, terumbu karang memerlukan perairan yang jernih, dengan suhu perairan yang hangat, gerakkan gelombang besar dan sirkulasi air yang lancar serta terhindar proses sedimentasi. 
Menurut Bengen (2002) bahwa faktor-faktor fisik lingkungan yang berperan dalam perkembangan terumbu karang adalah sebagai berikut ; 
(1) Suhu air >18 oC, tapi bagi perkembangan yang optimal diperlukan suhu rata-rata tahunan berkisar 23 – 35 oC, dengan suhu maksimal yang masih dapat ditolerir berkisar antara 36 – 40 oC.
(2) Kedalaman perairan < 50 m, dengan kedalaman bagi perkembangan optimal pada 25 m atau kurang.
(3) Salinitas air yang konstan berkisar antara 30 – 36 ‰.
(4) Perairan yang cerah, bergelombang besar dan bebas dari sedimen.

Faktor-Faktor Penyebab Kerusakan Terumbu Karang
            Terumbu karang merupakan suatu ekosistem yang sangat rentan terhadap perubahan yang terjadi di lingkungan sekitarnya termasuk gangguan yang berasal dari kegiatan manusia dan pemulihannya memerlukan waktu yang lama.  Menurut Burke et all (2002) bahwa Terdapat beberapa penyebab kerusakan terumbu karang yaitu : (1) Pembangunan di wilayah pesisir yang tidak dikelola dengan baik; (2) Aktivitas di laut antara lain dari kapal dan pelabuhan termasuk akibat langsung dari pelemparan jangkar kapal; (3) Penebangan hutan dan perubahan tata guna lahan yang  menyebabkan peningkatan sedimentasi; (4) Penangkapan ikan secara berlebihan memberikan dampak terhadap keseimbangan yang harmonis di dalam ekosistem terumbu karang; (5) Penangkapan ikan dengan menggunakan racun dan bom; dan (6) Perubahan iklim global.
            Menurut Burke et. al., (2002) bahwa tanpa ikan-ikan dan hewan-hewan avertebrata laut, maka populasi karang akan digantikan oleh populasi alga yang mencegah penempelan dan pertumbuhan larva karang pada substrat. Penangkapan ikan dengan menggunakan racun dan pengeboman ikan merupakan praktek yang umum dilakukan, yang memberikan dampak sangat negatif bagi terumbu karang. Pengeboman ikan dengan dinamit atau dengan racikan bom lainnya, akan dapat menghancurkan struktur terumbu karang, dan membunuh banyak sekali ikan yang ada di sekelilingnya.
           
Pengelolaan Terumbu Karang
            Pengelolaan terumbu karang yang berkelanjutan adalah sesuatu tantangan, dengan banyaknya jumlah orang yang terlibat, yang banyak diantaranya tanpa sumber protein atau pendapatan alternatif. Banyak komunitas lokal yang akan memiliki sedikit pilihan mata pencaharaian dan kecil kemungkinan untuk beradaptasi dengan kondisi yang baru. Hal ini menjadi perhatian yang penting dalam pengambilan kebijakan pengelolaan terumbu karang. Pengelolaan yang baik dapat meminimalkan ancaman-ancaman utama yang dihadapi terumbu karang. Suatu evaluasi pengelolaan di kawasan ini adalah inti analisis ancaman atau gambaran kesehatan terumbu karang (Burke et.al., 2002).
            Lebih lanjut menurut Burke et.al. (2002). Bahwa oleh sebab itu dalam rangka pengelolaan kawasan konservasi, revaluasi atas kondisi kawasan konservasi harus dilakukan dengan mempertimbangkan (1) tujuan, alasan pengelolaan dan arah pengembangan kawasan konservasi dimasa yang akan datang; (2) identifikasi sistem penunjang yang telah ada dan kelengkapannya; (3) prosedur yang secara runtut mengidentifikasi kemungkinan penambahan kawasan untuk memenuhi tujuan nasioanl; (4) rencana aksi untuk mencapai tujuan pengelolaan keanekragaman hayati laut .
            Menurut Dahuri et. al., (1996) bahwa beberapa pedoman dalam meminimalkan usaha untuk pemeliharaan dan kelangsungan hidup terumbu karang, yaitu :
1. Mencari berbagai sumber alternatif bahan konstruksi dan bahan kalsium karbonat (bahan kapur dan semen) untuk mencegah penambangan dan kehilangan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. 
2. Jangan melakukan pengerukkan atau aktifitas lainnya yang menyebabkan teraduknya sedimentasi dan membuat air keruh dan hindarkan pencemaran & peningkatan nutrien serta perubahan salinitas dan suhu air yang melampaui ambang batas untuk areal terumbu karang.
3. Hentikan penggunaan bahan peledak dan bahan beracun sebagai alat tangkap ikan dan tetapkan batas maksimum pemanfaatan tahunan bahan-bahan karang dan spesies yang berasosiasi dengannya seperti ikan & kerang-kerangan.
4. Melakukan pemantauan ekosistem terumbu karang dan kontrol kegiatan pariwisata dengan memberi wawasan bahwa terumbu karang merupakan aset yang tidak dapat dinilai dengan uang.
5. Menyadarkan masyarakat pengguna tentang pentingnya ekosistem terumbu karang dan bahaya yang mengancam kelestariannya serta mengikutsertakan masyarakat pengguna dalam pengelolaannya dan melakukan rehabilitasi terhadap terumbu karang yang telah mengalami kerusakan dengan transplantasi. 


Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan Terumbu Karang
            Untuk keberhasilan pengelolaan konservasi sumberdaya alam di wilayah pesisir dan laut, perlu dicarikan strategi yang tepat dengan mengacu kendala-kendala umum yang dihadapi, diantaranya adalah dengan pemberdayaan atau peningkatan kesadaran masyarakat dalam pelestarian sumberdaya alam di wilayah pesisir dan laut. Peningkatan kesadaran masyarakat ditujukan untuk menyakinkan kepada masyarakat pesisir (nelayan), akan manfaat jangka panjang dari perlindungan kawasan terumbu karang, yaitu manfaat berkelanjutan yang dihasilkan oleh usaha perlindungan kawasan pesisir. Karenanya peran serta  masyarakat harus dipusatkan pada identifikasi, perancangan dan pelaksanaan berbagai kemungkinan manfaat yang dapat diperoleh dari usaha perlindungan kawasan wilayah pesisir (Supriharyono, 2007).
            Pengembangan ekonomi masyarakat pesisir dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui penguatan kelembagaan sosial ekonomi dengan pendayagunaan sumberdaya terumbu karang secara berkelanjutan. Dengan memberdayakan masyarakat lokal metode rehabilitasi terumbu karang akan berpotensi ekonomi yang berkepanjangan setelah beberapa tahun. Hal ini akan menjadi kenyataan khususnya bila nelayannelayan setempat mempunyai mata pencaharian alternatif yang lebih baik dalam pembudidayaan karang dan berpindah dari teknik penangkapan ikan yang merusak. (Heeger et al., (1999, 2000) dalam Westmacott et al, 2000.).



Referensi


Buku:
Edwards, A., & Gomez, E. (2008). Konsep dan Panduan Restorasi Terumbu: Membuat Pilihan Bijak di Antara Ketidakpastian.
Estradivari, Setyawan, E., & Yusri, S. (2008). TERUMBU KARANG JAKARTA: Pengamatan Jangka Panjang Terumbu Karang Kepulauan Seribu (2003-2007). Jakarta.
Westmacott, S., Teleki, K., Wells, S., & West, J. (2000). Pengelolaan Terumbu Karang Yang Telah Memutih Dan Rusak Kritis.
Jurnal:
Sudiono, G. (2008). ANALISIS PENGELOLAAN TERUMBU KARANG PADA KAWASAN KONSERVASI LAUT DAERAH (KKLD) PULAU RANDAYAN DAN SEKITARNYA KABUPATEN BENGKAYANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT .
Website:
http://www.academia.edu/18831346/Konservasi_Terumbu_Karang

No comments:

Post a Comment