KONSERVASI TERUMBU KARANG
Tristano Edwan Cancer Ananta,
1606837713
Subtema : Pengelolaan Terumbu Karang
Data
Publikasi :
Buku 1
1.
Judul Buku : TERUMBU KARANG JAKARTA: Pengamatan Jangka Panjang
Terumbu Karang Kepulauan Seribu (2003-2007)
3.
Kota dan Nama Penerbit : Jakarta, Yayasan Terumbu Karang Indonesia
4.
Tebal Buku : 102
halaman
Buku 2
1.
Judul Buku : Pengelolaan Terumbu Karang Yang Telah Memutih Dan
Rusak Kritis
2.
Nama Pengarang : Susie Westmacott, Kristian Teleki, Sue Wells dan Jordan West
3.
Kota dan Nama Penerbit : Jakarta, Yayasan Terumbu Karang Indonesia
4.
Tebal Buku : 36
halaman
Esai :
Pendahuluan
Terumbu Karang merupakan rumah bagi ribuan jenis hewan
dan tumbuhan laut. Terumbu karang merupakan salah satu ekosistem yang penting
dan paling kaya di Bumi. Kelestarian ekosistem ini akan menyediakan banyak
hasil tangkapan ikan, kerang dan rumput laut yang melimpah. Selain sebagai
rumah ribuan jenis hewan dan tumbuhan laut, terumbu karang juga dapat membantu
mencegah erosi pasir dan juga menjadi sumber pangan dan mata pencarian bagi penduduk.
Terumbu Karang merupakan salah satu tempat wisata yang menarik perhatian turis
– turis. Tentunya dengan banyak turis yang datang ke suatu Negara maka dapat
membantu meningkatkan perekonomian Negara tersebut.
Terumbu karang di Indonesia adalah karang tepi, karang
penghalang dan karang cincin. Karang tepi dapat dijumpai di tepi pantai dan
paling sering di jumpai. Untuk karang penghalang tumbuh sejajar dengan garis
pantai. Karang cincin merupakan karang yang menyerupai cincin.
Namun belakangan ini Terumbu Karang banyak dirusak
oleh oknum – oknum yang tidak bertanggung jawab. Kerusakan ini diakibatkan
dengan adanya sedimentasi yang dihasilkan dari perubahaan tata guna lahan dan
pengelolaan daerah aliran sungai yang lemah. Bukan hanya sedimentasi saja,
namun banyak oknum – oknum yang menangkap ikan dengan cara yang salah dan
cenderung merusak terumbu karang. Selain itu dengan adanya polusi seperti
pembuangan limbah – limbah pabrik maupun sampah yang mengakibatkan banyak
terumbu karang yang rusak. Kemudian salah satu yang turut merusak terumbu
karang adalah adanya globalisasi yang terjadi di Bumi. Tentunya dengan adanya
globalisasi ini banyak terumbu karang yang rusak. Dengan adanya globalisasi
menyebabkan pemutihan karang secara massal dan pengasaman air laut. Kemudian
dengan adanya penambangan karang juga turut merusak terumbu karang.
Pada saat ini, kondisi karang yaitu 4% dalam kondisi
kritis, 46% mengalami kerusakan, 33% kondisi karang masih bagus dan sisanya 7%
kondisi karang yang sangat bagus. Dengan adanya aktivitas manusia di daerah
terumbu karang menyebabkan semakin banyaknya tekanan dan turunnnya kualitas
terumbu karang. Beberapa taman laut yang memiliki terumbu karang yang masih
baik adalah di Raja Ampat (Papua), Bunaken (Manado), Wakatobi, Pulau Komodo,
Kepulauan Derawan. Untuk terumbu karang yang sudah mulai mengalami kerusakan
terdapat di Makassar, selain Makassar, Terumbu Karang di Sumatera Barat turut
terancam punah karena efek gangguan iklim, masyarakat yang masih membuang
sampah sembarangan, bahkan nelayan yang menangkap ikan menggunakan bahan
peledak maupun pukat harimau. Karna ketidaksadaran inilah yang menyebabkan
banyak terumbu karang yang akhirnya mengalami kerusakan.
Untuk menanggulangi kerusakan terumbu karang maka
Pemerintah melakukan konservasi terumbu karang. Konservasi terumbu karang ini
meliputi penetapan kawasan suaka alam (Cagar Alam Laut dan Suaka Margasatwa
Laut) dan juga kawasan pelestarian alam (Taman Nasional Laut dan Taman Wisata
Alam Laut). Bukan hanya itu saja namun dapat memberikan penyuluhan kepada
masyarakat untuk turut menjaga terumbu karang, kemudian memberdayakan masyarakat
sekitar pesisir untuk turut menjaga dan mengelola terumbu karang. Seperti di
Wakatobi, masyarakat desa turut menjaga terumbu karang.
Selain itu, dapat menggunakan metode Terumbu Karang
buatan dimana metode ini dapat berfungsi sebagai ikan mencari makan dan tempat
berkembang biak biota laut. Kemudian dapat menggunakan metode menanam terumbu
karang seperti yang dilaksanakan oleh World Wildlife Fund (WWF) Indonesia,
HiLo, dan Komunitas Sea Soldier dimana metode ini dilaksanakan di daerah
perairan Pulau Badul, Ujung Kulon. Ada metode selanjutnya dimana menggunakan
cara pencakokan, cara ini digunakan dengan cara memotong karang hidup, lalu
ditanam di tempat lain yang mengalami kerusakan, metode ini diharapkan dapat
mempercepat regenerasi terumbu karang yang rusak dan dapat digunakan untuk
membangun daerah terumbu karang yang baru.
Dengan banyaknya metode yang dapat digunakan untuk
membantu konservasi terumbu karang tentunya diharapkan dapat membantu
penanggulangan terumbu karang yang rusak sehingga kedepannya terumbu karang
dapat terus berkembang menjadi dan tidak punah.
Faktor
Parameter Lingkungan yang Mempengaruhi
Keberadaan Terumbu Karang
Sebagai
sebuah ekosistem, meskipun hewan karang (corals) ditemukan diseluruh perairan
dunia, tetapi hanya di daerah tropis terumbu karang dapat berkembang dengan
baik. Menurut Burke et.al., (2002) bahwa karang ditemukan mulai dari perairan
es di Artik dan Antartika, hingga ke perairan tropis yang jernih. Namun,
terumbu karang dengan dinding megahnya dan rangka baru kapur yang sangat besar,
hanya ditemukan disebagian kecil perairan sekitar khatulistiwa. Dalam jalur
tropis, faktor biologi, kimiawi, dan iklim dapat mendukung tercapainya
keseimbangan yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup karang pembentuk terumbu.
Pertumbuhan karang dan penyebarannya tergantung pada
kondisi lingkungannya, yang pada kenyataannya tidak selalu tetap karena adanya
gangguan yang berasal dari alam atau aktivitas menusia. Menurut Dahuri (1996)
bahwa terumbu karang terdapat pada lingkungan perairan yang agak dangkal. Untuk
mencapai pertumbuhan yang maksimum, terumbu karang memerlukan perairan yang
jernih, dengan suhu perairan yang hangat, gerakkan gelombang besar dan
sirkulasi air yang lancar serta terhindar proses sedimentasi.
Menurut Bengen (2002) bahwa faktor-faktor fisik
lingkungan yang berperan dalam perkembangan terumbu karang adalah sebagai
berikut ;
(1) Suhu air >18 oC, tapi bagi perkembangan yang
optimal diperlukan suhu rata-rata tahunan berkisar 23 – 35 oC, dengan suhu
maksimal yang masih dapat ditolerir berkisar antara 36 – 40 oC.
(2) Kedalaman perairan < 50 m, dengan kedalaman
bagi perkembangan optimal pada 25 m atau kurang.
(3) Salinitas air yang konstan berkisar antara 30 – 36
‰.
(4) Perairan yang cerah, bergelombang besar dan bebas
dari sedimen.
Faktor-Faktor
Penyebab Kerusakan Terumbu Karang
Terumbu
karang merupakan suatu ekosistem yang sangat rentan terhadap perubahan yang
terjadi di lingkungan sekitarnya termasuk gangguan yang berasal dari kegiatan
manusia dan pemulihannya memerlukan waktu yang lama. Menurut Burke et all (2002) bahwa Terdapat
beberapa penyebab kerusakan terumbu karang yaitu : (1) Pembangunan di wilayah
pesisir yang tidak dikelola dengan baik; (2) Aktivitas di laut antara lain dari
kapal dan pelabuhan termasuk akibat langsung dari pelemparan jangkar kapal; (3)
Penebangan hutan dan perubahan tata guna lahan yang menyebabkan peningkatan sedimentasi; (4)
Penangkapan ikan secara berlebihan memberikan dampak terhadap keseimbangan yang
harmonis di dalam ekosistem terumbu karang; (5) Penangkapan ikan dengan
menggunakan racun dan bom; dan (6) Perubahan iklim global.
Menurut
Burke et. al., (2002) bahwa tanpa ikan-ikan dan hewan-hewan avertebrata laut,
maka populasi karang akan digantikan oleh populasi alga yang mencegah
penempelan dan pertumbuhan larva karang pada substrat. Penangkapan ikan dengan
menggunakan racun dan pengeboman ikan merupakan praktek yang umum dilakukan,
yang memberikan dampak sangat negatif bagi terumbu karang. Pengeboman ikan
dengan dinamit atau dengan racikan bom lainnya, akan dapat menghancurkan
struktur terumbu karang, dan membunuh banyak sekali ikan yang ada di
sekelilingnya.
Pengelolaan
Terumbu Karang
Pengelolaan
terumbu karang yang berkelanjutan adalah sesuatu tantangan, dengan banyaknya
jumlah orang yang terlibat, yang banyak diantaranya tanpa sumber protein atau
pendapatan alternatif. Banyak komunitas lokal yang akan memiliki sedikit
pilihan mata pencaharaian dan kecil kemungkinan untuk beradaptasi dengan
kondisi yang baru. Hal ini menjadi perhatian yang penting dalam pengambilan
kebijakan pengelolaan terumbu karang. Pengelolaan yang baik dapat meminimalkan
ancaman-ancaman utama yang dihadapi terumbu karang. Suatu evaluasi pengelolaan
di kawasan ini adalah inti analisis ancaman atau gambaran kesehatan terumbu
karang (Burke et.al., 2002).
Lebih
lanjut menurut Burke et.al. (2002). Bahwa oleh sebab itu dalam rangka
pengelolaan kawasan konservasi, revaluasi atas kondisi kawasan konservasi harus
dilakukan dengan mempertimbangkan (1) tujuan, alasan pengelolaan dan arah
pengembangan kawasan konservasi dimasa yang akan datang; (2) identifikasi
sistem penunjang yang telah ada dan kelengkapannya; (3) prosedur yang secara
runtut mengidentifikasi kemungkinan penambahan kawasan untuk memenuhi tujuan
nasioanl; (4) rencana aksi untuk mencapai tujuan pengelolaan keanekragaman
hayati laut .
Menurut
Dahuri et. al., (1996) bahwa beberapa pedoman dalam meminimalkan usaha untuk
pemeliharaan dan kelangsungan hidup terumbu karang, yaitu :
1. Mencari berbagai sumber alternatif bahan konstruksi
dan bahan kalsium karbonat (bahan kapur dan semen) untuk mencegah penambangan
dan kehilangan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui.
2. Jangan melakukan pengerukkan atau aktifitas lainnya
yang menyebabkan teraduknya sedimentasi dan membuat air keruh dan hindarkan
pencemaran & peningkatan nutrien serta perubahan salinitas dan suhu air
yang melampaui ambang batas untuk areal terumbu karang.
3. Hentikan penggunaan bahan peledak dan bahan beracun
sebagai alat tangkap ikan dan tetapkan batas maksimum pemanfaatan tahunan
bahan-bahan karang dan spesies yang berasosiasi dengannya seperti ikan &
kerang-kerangan.
4. Melakukan pemantauan ekosistem terumbu karang dan
kontrol kegiatan pariwisata dengan memberi wawasan bahwa terumbu karang
merupakan aset yang tidak dapat dinilai dengan uang.
5. Menyadarkan masyarakat pengguna tentang pentingnya
ekosistem terumbu karang dan bahaya yang mengancam kelestariannya serta
mengikutsertakan masyarakat pengguna dalam pengelolaannya dan melakukan
rehabilitasi terhadap terumbu karang yang telah mengalami kerusakan dengan
transplantasi.
Peran Serta
Masyarakat dalam Pengelolaan Terumbu Karang
Untuk keberhasilan pengelolaan konservasi sumberdaya alam di wilayah
pesisir dan laut, perlu dicarikan strategi yang tepat dengan mengacu
kendala-kendala umum yang dihadapi, diantaranya adalah dengan pemberdayaan atau
peningkatan kesadaran masyarakat dalam pelestarian sumberdaya alam di wilayah
pesisir dan laut. Peningkatan kesadaran masyarakat ditujukan untuk menyakinkan
kepada masyarakat pesisir (nelayan), akan manfaat jangka panjang dari
perlindungan kawasan terumbu karang, yaitu manfaat berkelanjutan yang
dihasilkan oleh usaha perlindungan kawasan pesisir. Karenanya peran serta masyarakat harus dipusatkan pada
identifikasi, perancangan dan pelaksanaan berbagai kemungkinan manfaat yang
dapat diperoleh dari usaha perlindungan kawasan wilayah pesisir (Supriharyono,
2007).
Pengembangan
ekonomi masyarakat pesisir dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui penguatan kelembagaan
sosial ekonomi dengan pendayagunaan sumberdaya terumbu karang secara
berkelanjutan. Dengan memberdayakan masyarakat lokal metode rehabilitasi
terumbu karang akan berpotensi ekonomi yang berkepanjangan setelah beberapa
tahun. Hal ini akan menjadi kenyataan khususnya bila nelayannelayan setempat
mempunyai mata pencaharian alternatif yang lebih baik dalam pembudidayaan
karang dan berpindah dari teknik penangkapan ikan yang merusak. (Heeger et al.,
(1999, 2000) dalam Westmacott et al, 2000.).
Referensi
Buku:
Edwards,
A., & Gomez, E. (2008). Konsep dan Panduan Restorasi Terumbu: Membuat
Pilihan Bijak di Antara Ketidakpastian.
Estradivari, Setyawan, E., &
Yusri, S. (2008). TERUMBU KARANG JAKARTA: Pengamatan Jangka Panjang
Terumbu Karang Kepulauan Seribu (2003-2007). Jakarta.
Westmacott, S., Teleki, K., Wells,
S., & West, J. (2000). Pengelolaan Terumbu Karang Yang Telah Memutih
Dan Rusak Kritis.
Jurnal:
Sudiono, G. (2008). ANALISIS
PENGELOLAAN TERUMBU KARANG PADA KAWASAN KONSERVASI LAUT DAERAH (KKLD) PULAU
RANDAYAN DAN SEKITARNYA KABUPATEN BENGKAYANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT .
Website:
http://www.academia.edu/18831346/Konservasi_Terumbu_Karang
No comments:
Post a Comment